Apakah Anda pernah mendengar istilah behavior tapi masih bingung apa artinya? Dalam kehidupan sehari-hari, kata ini sering muncul di dunia psikologi, pendidikan, hingga bisnis. Namun, tidak semua orang benar-benar memahami maknanya.
Secara sederhana, behavior adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku atau tindakan seseorang sebagai respons terhadap situasi tertentu. Setiap individu memiliki behavior yang berbeda yang dipengaruhi oleh kepribadian, pengalaman, dan lingkungan sekitarnya.
Menariknya, behavior ini mencerminkan karakter seseorang dan bisa menjadi dasar untuk memahami bagaimana manusia berpikir serta berinteraksi. Itulah mengapa konsep ini banyak digunakan dalam bidang psikologi, pendidikan, hingga bisnis.
Dalam artikel ini, kami akan membahas lebih dalam tentang apa itu behavior, bagaimana perilaku manusia terbentuk, serta beberapa contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Table of Contents
Apa Sebenarnya yang Dimaksud dengan Behavior?
Behavior adalah perilaku atau tindakan yang ditunjukkan oleh seseorang sebagai respons terhadap situasi atau rangsangan tertentu. Dalam psikologi, istilah ini mencakup segala bentuk aktivitas, mulai dari cara berpikir, berbicara, hingga mengambil keputusan.
Istilah behavior pertama kali banyak digunakan dalam studi psikologi dan sosiologi untuk memahami bagaimana manusia bertindak, bereaksi, dan berinteraksi dengan lingkungannya. Namun, seiring perkembangan zaman, konsep ini juga mulai diterapkan di berbagai bidang lain, seperti pendidikan, komunikasi, dan bahkan dunia bisnis.
Faktor Internal dan Eksternal yang Membentuk Behavior
Perilaku seseorang terbentuk dari dua jenis faktor utama, yaitu faktor internal dan eksternal. Keduanya saling memengaruhi dan menentukan bagaimana seseorang bertindak dalam berbagai situasi.
1. Faktor Internal
Faktor ini berasal dari dalam diri individu, meliputi:
- Emosi dan suasana hati: Memengaruhi cara seseorang merespons sesuatu.
- Motivasi dan kebutuhan pribadi: Menentukan arah tindakan yang diambil.
- Nilai dan kepribadian: Membentuk pola pikir dan cara berinteraksi.
- Pengalaman dan pengetahuan: Memengaruhi cara menilai situasi baru.
2. Faktor Eksternal
Faktor ini datang dari luar individu dan bisa berubah sesuai lingkungan, meliputi:
- Lingkungan sosial dan budaya: Norma, kebiasaan, dan pengaruh orang sekitar.
- Media dan teknologi: Informasi yang dikonsumsi dapat membentuk persepsi baru.
- Kondisi ekonomi atau situasi kerja: Dapat mengubah cara seseorang membuat keputusan.
- Pengalaman eksternal: Interaksi dengan orang lain atau kejadian di luar diri.
Dengan memahami kedua faktor ini, Anda bisa melihat bahwa behavior tidak muncul begitu saja, tetapi merupakan hasil dari proses yang kompleks antara pikiran, emosi, dan lingkungan.
Baca Juga: Kode Referral Adalah: Keuntungan, Cara Kerja, dan Tips
Beragam Jenis Behavior dan Cara Mengenalinya
Setiap individu memiliki perilaku yang berbeda, tapi secara umum behavior dapat dibagi menjadi empat jenis utama. Masing-masing jenis behavior menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi tertentu yang sedang dihadapinya.
1. Overt Behavior (Perilaku yang Terlihat)
Behavior ini adalah perilaku yang bisa diamati secara langsung, seperti berbicara, berjalan, atau membeli produk. Dalam konteks bisnis, overt behavior sering dianalisis untuk memahami pola pembelian atau interaksi pelanggan.
2. Covert Behavior (Perilaku yang Tidak Terlihat)
Berbeda dengan overt behavior, covert behavior terjadi di dalam pikiran, seperti berpikir, merasa, atau membuat keputusan. Jenis behavior ini sulit diamati, tapi sangat penting untuk memahami motivasi di balik tindakan konsumen.
3. Conscious Behavior (Perilaku Sadar)
Jenis behavior ini merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar dan disengaja, misalnya seseorang memilih merek tertentu karena percaya pada kualitasnya.
4. Unconscious Behavior (Perilaku Tak Sadar)
Behavior ini terjadi secara otomatis tanpa dipikirkan, seperti menggulir media sosial berjam-jam atau membeli produk karena terbiasa. Jenis perilaku ini sering dimanfaatkan dalam strategi branding dan komunikasi visual.
Contoh Behavior dalam Kehidupan Sehari-Hari
Manusia mencerminkan pola perilaku tertentu mulai dari hal kecil hingga mengambil keputusan besar. Oleh karena itu, Anda dapat melihat contoh behavior dalam aktivitas sehari-hari. Berikut beberapa contoh behavior yang sering terjadi di sekitar Anda:
- Membalas pesan dengan cepat: Menunjukkan perilaku responsif dan terbiasa menjaga komunikasi.
- Menunda pekerjaan sampai mendekati deadline: Contoh procrastination behavior yang dipengaruhi oleh motivasi dan manajemen waktu.
- Membeli produk karena rekomendasi teman: Menggambarkan pengaruh sosial dalam pengambilan keputusan.
- Menghindari hal yang membuat stres: Bentuk perilaku defensif yang berhubungan dengan regulasi emosi.
- Mengunggah aktivitas ke media sosial: Menunjukkan kebutuhan akan pengakuan dan interaksi sosial.
Baca Juga: Prospek Adalah? Tips Mengelola & Cara Mendapatkannya
Dari Konsumen ke Pasar: Peran Behavior dalam Bisnis dan Pemasaran

Setelah memahami apa itu behavior dari sisi psikologi, Anda juga bisa melihat bahwa pola perilaku manusia memanglah berpengaruh pada kehidupan pribadi, dan juga dalam cara mereka berinteraksi dengan produk, brand, dan pasar.
Inilah titik di mana pemahaman behavior mulai berperan besar dalam dunia bisnis dan pemasaran. Setiap keputusan pembelian, ketertarikan terhadap suatu merek, hingga cara konsumen merespons promosi, semuanya dipengaruhi oleh perilaku dan kebiasaan mereka.
Berikut beberapa peran penting behavior dalam bisnis dan pemasaran:
1. Memahami Kebutuhan dan Preferensi Konsumen
Behavior membantu bisnis Anda untuk mengetahui apa yang sebenarnya dicari konsumen. Dengan menganalisis perilaku mereka, bisnis Anda dapat menciptakan penawaran yang lebih relevan bagi konsumen.
2. Menentukan Strategi Komunikasi yang Efektif
Setiap segmen audiens punya gaya komunikasi yang berbeda. Memahami behavior target audiens Anda membantu menentukan cara terbaik menyampaikan pesan, baik melalui konten visual, storytelling, maupun media yang paling sering digunakan audiens.
3. Meningkatkan Pengalaman Pelanggan
Dengan memahami pola interaksi konsumen, bisnis Anda dapat mengoptimalkan customer journey yang dilalui oleh konsumen dalam membeli produk Anda. Misalnya, mempercepat proses pembelian, menambah fitur livechat, atau mengoptimalkan tampilan website agar lebih mudah digunakan.
4. Membangun Loyalitas Merek
Perilaku pelanggan setelah membeli juga penting untuk dianalisis oleh Anda. Ketika bisnis Anda tahu apa yang membuat pelanggan kembali atau berpindah ke kompetitor, strategi retensi dan loyalitas bisa disusun dengan lebih tepat sasaran.
5. Mendukung Strategi Go-To-Market
Behavior menjadi kunci utama dalam strategi go-to-market. Dengan memahami bagaimana target pasar berpikir, berinteraksi, dan mengambil keputusan, bisnis Anda bisa menentukan waktu peluncuran, saluran promosi, dan pendekatan yang paling efektif untuk memasuki pasar.
Singkatnya, memahami behavior bukan hanya tentang mengenali perilaku konsumen, tetapi juga memahami dan mengetahui bagaimana bisnis bisa menyesuaikan diri terhadap pola yang ditunjukkan oleh konsumen. Semakin dalam pemahaman terhadap customer behavior, semakin kuat pula strategi bisnis yang dapat Anda buat.
Behavior Analysis sebagai Fondasi Strategi Go-To-Market
Mengenali perilaku konsumen saja belum cukup. Untuk benar-benar mengaplikasikannya dalam strategi bisnis, dibutuhkan langkah yang lebih terstruktur, yaitu behavior analysis.
Inilah proses yang mengubah data perilaku menjadi dasar pengambilan keputusan yang strategis, terutama saat bisnis bersiap untuk meluncurkan produk atau memasuki pasar baru.
Dalam praktiknya, behavior analysis bisa diterapkan di berbagai aspek strategi go-to-market, seperti:
1. Segmentasi Berbasis Perilaku
Segmentasi perilaku konsumen memang membagi pasar berdasarkan demografi (usia, gender, lokasi), dan juga berdasarkan behavioral data seperti kebiasaan belanja, frekuensi interaksi, atau jenis konten yang mereka konsumsi. Misalnya dalam brand e-commerce bisa membedakan strategi antara “pengunjung aktif mingguan” dan “pembeli musiman”.
2. Optimasi Konten dan Pesan Marketing
Dari hasil analisis perilaku digital (misalnya, klik, waktu tonton, atau engagement), bisnis Anda dapat menyesuaikan tone dan format pesan yang paling efektif. Misalnya, jika audiens lebih sering menonton video pendek dibanding membaca artikel, konten GTM bisa difokuskan ke kampanye video storytelling.
3. Pemilihan Channel yang Paling Efektif
Dengan memantau perilaku audiens, bisnis Anda dapat menentukan platform terbaik untuk menjangkau pasar. Misalnya, B2B brand lebih efektif di LinkedIn dan email marketing, sementara B2C brand bisa fokus di TikTok dan Instagram.
4. Prediksi dan Validasi Pasar Sebelum Peluncuran Produk
Melalui testing perilaku seperti pada di landing page test atau ad campaign test, bisnis Anda bisa mengukur minat pasar bahkan sebelum produk diluncurkan sepenuhnya. Ini membantu menghemat biaya dan memastikan bahwa strategi GTM berjalan di arah yang tepat.
5. Pengukuran Pasca Peluncuran Produk (Post-Launch Behavior)
Setelah produk masuk pasar, perilaku konsumen seperti tingkat retention, repeat purchase, atau engagement menjadi dasar untuk evaluasi dan penyempurnaan strategi.
Baca Juga: Benchmark Adalah: Jenis, Manfaat, dan Cara Penerapan
Ubah Behavior Insight Menjadi Strategi Nyata Bersama DETA
Memahami behavior berarti memahami manusia di balik setiap keputusan. Dari faktor internal seperti emosi dan motivasi, hingga pengaruh eksternal seperti lingkungan dan tren sosial, semuanya berperan membentuk cara seseorang bertindak, berpikir, dan memilih.
Namun, mengenali behavior saja belum cukup. Insight tanpa strategi hanyalah data yang mengendap. Di sinilah DETA dapat membantu Anda melalui layanan Brand & Marketing Consultant.
Kami membantu bisnis menerjemahkan consumer behavior menjadi arah strategis: dari pesan komunikasi, positioning brand, hingga strategi go-to-market yang relevan dan berdampak.
Anda bisa mendapatkan sesi konsultasi gratis jika menghubungi DETA hari ini. Yuk, hubungi kami sekarang!