Tak sedikit yang sudah gelontorkan banyak uang untuk iklan digital. Mungkin Anda rajin posting di media sosial. Anda mungkin juga sudah mencoba-coba SEO. Hasilnya penjualan tidak kunjung naik. Anda tidak tahu pasti strategi mana yang sebenarnya berhasil.
Anggaran pemasaran seperti “bakar uang”. Sebuah pemborosan yang menyakitkan. Bisnis Anda terasa “stuck” dan, jujur saja, “clueless”. Anda punya banyak sekali aktivitas taktis, banyak eksekusi, tapi tidak ada satupun yang merancang strateginya.
Anda tidak butuh lebih banyak iklan. Anda butuh seorang arsitek strategi. Inilah peran dari seorang Digital Strategist.
Artikel ini akan membahas siapa mereka, apa bedanya mereka dengan peran lain yang sering tertukar, apa saja tugas utamanya, skill apa yang wajib mereka miliki untuk sukses, hingga bocoran gajinya di Indonesia.
Table of Contents
Apa Itu Digital Strategist?
Digital strategist adalah seorang profesional yang merancang dan mengelola strategi pemasaran digital jangka panjang untuk mencapai tujuan bisnis. Mereka bertugas mengintegrasikan semua aset digital seperti website, media sosial, SEO, dan iklan agar bekerja selaras untuk menjangkau pelanggan.
Tapi coba tanya 10 orang pemasar, Anda mungkin akan dapat 10 jawaban berbeda soal peran ini.
Seperti yang disorot oleh pakar industri Gene De Libero, profesi Digital Strategist adalah salah satu peran yang paling esensial namun paling sering disalahpahami. Banyak yang menyamakan mereka dengan Digital Marketer (sebuah istilah yang terlalu umum) atau Social Media Manager (sebuah peran yang terlalu spesifik).
Fokus utama seorang strategist adalah integrasi. Mereka memastikan website perusahaan, akun media sosial, database CRM, upaya SEO, dan seluruh kampanye iklan tidak berjalan sendiri-sendiri seperti anak ayam kehilangan induk. Mereka mengintegrasikan semua aset digital itu agar selaras.
Baca Juga: Digital Marketing Adalah: Bahas dari Nol untuk Pemula
Perbedaan Digital Strategist vs Peran Marketing Lainnya
Karena banyaknya kebingungan di pasar dan lowongan kerja yang sering tumpang tindih (Gene De Libero pernah bercanda melihat lowongan strategist yang juga butuh skill menyetel piano).
Sangat penting untuk memahami perbedaan spesifik peran ini. Ini akan membantu Anda, baik saat Anda ingin merekrut seseorang maupun saat Anda sedang merencanakan karier di bidang ini.
Berikut adalah 4 peran yang paling sering tertukar:
1. Digital Strategist vs Digital Marketing Manager
- Digital Strategist (Arsitek): Fokus mereka ada pada “Why” dan “What”. “Kenapa kita harus menghabiskan uang di TikTok?” “Apa tujuan besar kita di Q4?” Mereka merancang blueprint jangka panjang, melakukan riset pasar, dan menentukan Key Performance Indicators (KPI) yang selaras dengan tujuan bisnis (misal: “meningkatkan market share 3%”). Mereka adalah pemikirnya.
- Digital Marketing Manager (Kontraktor): Fokus mereka ada pada “How” dan “When”. “Bagaimana cara kita mengeksekusi strategi TikTok ini?” “Kapan timeline peluncuran kontennya?” Mereka yang mengelola eksekusi harian, alokasi resource tim, dan memastikan proyek berjalan sesuai timeline yang diberikan oleh strategist.
2. Digital Strategist vs Digital Marketing Specialist
- Digital Strategist (Generalis): Mereka memiliki pemahaman yang luas, sebuah helicopter view di semua saluran (SEO, SEM, Content, Social Media). Mereka adalah orang yang bekerja di “kanopi”, mengawasi seluruh hutan dan menentukan arah jalan.
- Digital Marketing Specialist (Spesialis): Mereka adalah ahli yang mendalam di satu saluran spesifik. Contohnya adalah SEO Specialist, Paid Ads Specialist, atau Social Media Specialist. Merekalah para eksekutor ahli yang bekerja di “lumpur”, memastikan satu pohon (satu saluran) tumbuh subur dan sehat. Seorang strategist memberi arahan, seorang specialist melaksanakannya.
3. Digital Strategist vs Content Strategist
- Digital Strategist: Menentukan strategi distribusi. Mereka menjawab, “Di saluran mana konten ini harus disebar untuk dampak maksimal? Berapa anggaran iklan untuk mempromosikannya? Saluran mana yang jadi prioritas?”
- Content Strategist: Menentukan strategi pesan. Mereka menjawab, “Apa tema besar konten kita bulan ini? Apa pilar kontennya? Bagaimana tone of voice yang harus kita gunakan untuk target audiens ini?” Keduanya bekerja sangat erat, seperti penulis naskah dan sutradara.
4. Digital Strategist vs Business Analyst
- Digital Strategist: Menerjemahkan tujuan bisnis menjadi strategi pemasaran yang efektif. Fokus mereka ada di luar perusahaan: pasar, pelanggan, dan kompetitor.
- Business Analyst: Fokus mereka cenderung pada analisis proses bisnis internal. Mereka mungkin menganalisis kebutuhan software internal, mencari cara meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, atau mengoptimalkan supply chain. Fokusnya ada di dalam perusahaan.
Baca Juga: Social Media Specialist: Tugas, Skill, dan Gajinya
Tugas dan Tanggung Jawab Utama Seorang Digital Strategist
Pekerjaan seorang digital strategist bukanlah meeting dan membuat presentasi PowerPoint yang cantik. Mereka adalah otak operasional di balik setiap kampanye yang berhasil.
1. Merancang Strategi Digital yang Terintegrasi
Ini adalah tugas intinya. Ini tidak melulu membuat dokumen yang lalu disimpan di laci. Ini adalah living blueprint. Mereka memetakan semua touch point digital pelanggan, dari saat pertama kali melihat iklan hingga melakukan pembelian di website.
Mereka harus memastikan semua saluran mulai dari website, media sosial, email marketing, hingga iklan berbayar memiliki pesan yang konsisten dan saling mendukung. Tidak ada lagi cerita tim media sosial dan tim iklan berjalan sendiri-sendiri.
2. Melakukan Riset Pasar dan Menganalisis Kompetitor
Seorang strategist tidak bisa bekerja di ruang hampa, asumsi adalah musuh terbesar mereka. Mereka harus selalu up-to-date dengan tren terbaru. Tugas mereka adalah secara proaktif mengidentifikasi kebutuhan dan preferensi pelanggan yang terus berubah. Ini penting.
Selain itu, mereka wajib memantau strategi digital kompetitor. Apa yang kompetitor lakukan dengan baik? Di mana celah yang bisa kita manfaatkan? Kenapa iklan mereka berhasil padahal produk kita lebih baik?
3. Menganalisis Data dan Melaporkan Kinerja Kampanye
Di sinilah letak perbedaan antara strategist hebat dan yang biasa-biasa saja. Banyak orang bisa melaporkan data (“Pak, ini angkanya”). Tapi seorang strategist harus bisa menganalisis data (“Pak, ini arti dari angka tersebut dan ini tindakan yang harus kita ambil”).
Mereka wajib menggunakan tools (seperti Google Analytics) untuk melacak metrik kunci: traffic, time spent, dan sales. Mereka juga menganalisis data pelanggan, termasuk purchase habits atau kebiasaan membeli, untuk menemukan pola tersembunyi.
4. Mengelola dan Mengoptimalkan Anggaran (Cost-Effective)
Uang adalah bahan bakar. Strategist bertugas memastikan bahan bakar itu tidak terbuang sia-sia untuk memanaskan mesin yang rusak. Mereka harus bisa membuat strategi digital yang terintegrasi dan hemat biaya.
Seperti yang disorot Sasana Digital, mereka yang menyiapkan dan mengelola anggaran pemasaran digital. Tujuannya satu, memastikan Return on Investment (ROI) semaksimal mungkin. Mereka harus berani bilang “stop” pada kampanye yang boros dan “gaspol” pada kampanye yang profitabel.
5. Mengawasi Optimalisasi SEO dan Aset Digital
Meskipun mereka mungkin tidak melakukan optimasi teknis SEO sendirian (itu tugas specialist), mereka harus mengawasi dan memberi arahan strategis untuk SEO. Merekalah yang menentukan, “Kita harus fokus pada topical authority untuk keyword X karena ini selaras dengan tujuan bisnis.”
Mereka juga bertanggung jawab memastikan website dan aset digital lainnya (seperti landing page atau aplikasi) teroptimalkan dengan baik untuk mesin pencari dan untuk pengalaman pengguna (User Experience) dan konversi.
6. Kolaborasi Lintas Departemen (Sales, Kreatif, IT)
Ini mungkin bagian tersulit dari pekerjaan mereka. Seorang strategist tidak bekerja sendirian. Mereka adalah penghubung. Mereka harus memiliki skill diplomasi yang tinggi.
Mereka harus bekerja erat dengan tim sales (untuk mendapatkan insight produk dan komplain pelanggan), tim finance (untuk persetujuan budget), dan bahkan HR (untuk kampanye employer branding).
Koordinasi paling intens biasanya terjadi dengan tim kreatif (desainer, copywriter) dan tim teknologi/IT (untuk memastikan infrastruktur web mendukung strategi).
7. Memimpin dan Mengembangkan Tim Digital
Dalam banyak struktur perusahaan, strategist adalah peran senior. Mereka bertugas mengelola, melatih, dan memotivasi anggota tim digital marketing. Ini bukan hanya soal menyuruh.
Ini soal mengembangkan kapabilitas tim. Ini juga berarti mereka harus pandai mendelegasikan tugas sesuai keahlian tim dan menetapkan serta mengukur KPI yang adil untuk setiap anggota tim.
Baca Juga: SEO Specialist Adalah: Tugas, Gaji & Skill 2025
Skill dan Kualifikasi Wajib untuk Digital Strategist
Melihat daftar tugas di atas, jelas bahwa peran ini sangat kompleks. Wajar jika perusahaan, seperti kata De Libero, seperti sedang mencari “Purple Squirrel” (Tupai Ungu) = makhluk mitos yang bisa segalanya.
Realistisnya, di Deta kami melihat seorang strategist yang hebat adalah perpaduan unik dari beberapa set keterampilan. Anda tidak bisa hanya jago satu hal.
1. Keterampilan Teknis (Hard Skills): SEO/SEM, Martech, Analytics
Ini adalah fondasi. Anda tidak bisa menyusun strategi tentang sesuatu yang tidak Anda mengerti cara kerjanya.
- Pengetahuan mendalam tentang software SEO, SEM, dan CRM sangat dibutuhkan (Ref: Glints).
- Mereka harus sangat kuat dalam menggunakan tools analisis web, terutama Google Analytics (Ref: Glints, GeTI). Bukan cuma bisa buka laporannya, tapi bisa setup goals dan tracking.
- Mereka harus memahami lanskap Marketing Technology (Martech) yang luas dan tahu cara mengintegrasikan tools yang berbeda (Ref: De Libero).
2. Keterampilan Analitis: Literasi Data dan Pemecahan Masalah
Ini adalah skill terpenting yang disebut di semua artikel yang kami analisis. Ini adalah otak dari seorang strategist. Kami sering melihat orang yang jago tools, tapi bingung saat ditanya “lalu kenapa?”.
- Ini bukan cuma soal bisa membaca grafik. Ini adalah kemampuan literasi data. Mampu membaca data mentah, memahami konteks di baliknya, dan menerjemahkannya menjadi insight yang bisa ditindaklanjuti.
- Seperti yang ditekankan De Libero, mereka harus mampu memecahkan masalah bisnis yang rumit, bukan hanya masalah marketing (Misal: “Profit kita turun”, dan tidak melulu “CTR iklan kita rendah”).
3. Keterampilan Konseptual: Kreativitas dan Berpikir Kritis
Data itu penting, tapi data tanpa kreativitas itu kering dan membosankan.
- Seorang strategist harus bisa berpikir out-of-the-box untuk menciptakan kampanye yang fresh dan menarik.
- Kreativitas mereka juga digunakan untuk menemukan solusi inovatif atas masalah yang ada, misalnya ketika kampanye gagal total dan mereka harus cepat putar haluan tanpa menambah budget.
4. Keterampilan Manajerial (Soft Skills): Komunikasi, Leadership, Manajemen Proyek
Karena mereka adalah kolaborator ulung, soft skills mereka harus terasah.
- Komunikasi: Kemampuan ini krusial. Mereka harus mampu mempresentasikan ide strategi yang kompleks ke CEO atau klien (yang mungkin awam soal digital), sekaligus mampu memberikan brief arahan yang jelas dan inspiratif ke tim kreatif.
- Leadership: Kepemimpinan bukan soal titel jabatan. Ini soal pengaruh. Mereka harus mampu memimpin tim, mendelegasikan tugas dengan efektif, dan memotivasi anggota tim.
- Manajemen Proyek: Mereka adalah manajer proyek yang andal. Mereka mengelola berbagai kampanye, timeline yang ketat, dan banyak kepala (dari tim yang berbeda) secara bersamaan.
5. Kualifikasi Formal: Pendidikan, Pengalaman, dan Portofolio
Bagaimana cara membuktikan Anda memiliki semua skill itu?
- Pendidikan: Gelar di bidang Marketing, Komunikasi, Bisnis, atau Analitik adalah fondasi yang baik.
- Pengalaman: Ini kuncinya. Opini kami, peran ini tidak bisa diisi fresh graduate. Ini bukan peran entry-level. Biasanya dibutuhkan pengalaman solid sebagai Digital Marketing Manager atau Specialist senior. Anda harus pernah gagal dalam beberapa kampanye sebagai eksekutor. Di situlah pembelajaran terbaiknya.
- Portofolio: Ini adalah bukti nyata Anda. Bukan cuma bilang “saya bisa”. Tunjukkan. “Saya pernah mengelola kampanye A, ini strateginya, ini hasilnya (tunjukkan datanya), dan ini yang saya pelajari.”
Baca Juga: Apa itu Email Marketing? Arti, Manfaat & Contoh
Jenjang Karier dan Prospek Digital Strategist
Profesi ini seringkali merupakan evolusi karier, sebuah puncak pencapaian, bukan titik awal. Mari kita lihat bagaimana peta jalannya dan seberapa cerah masa depannya di Indonesia.
1. Peta Jalan Menjadi Digital Strategist (Career Path)
Tidak ada satu jalan pasti, tapi ini adalah rute paling umum yang kami lihat di industri:
- Tahap 1 (Taktis): Anda mulai sebagai Specialist (misalnya SEO Specialist, SEM Specialist, Content Writer) atau magang. Di tahap ini, Anda menguasai satu bidang secara mendalam. Anda belajar “di lumpur” dan merasakan langsung pahit-manisnya eksekusi.
- Tahap 2 (Manajerial): Anda naik menjadi Digital Marketing Manager. Anda mulai mengelola tim kecil dan mengawasi eksekusi multi-saluran. Fokus Anda bergeser dari “mengerjakan” menjadi “mengelola”.
- Tahap 3 (Strategis): Anda berevolusi menjadi Digital Strategist. Fokus Anda bergeser dari eksekusi harian ke riset jangka panjang, perencanaan anggaran, dan strategi high-level.
- Puncak: Dari sini, jenjang karier bisa berlanjut ke Head of Digital, VP of Marketing, atau bahkan Chief Marketing Officer (CMO). Seorang strategist yang hebat seringkali jadi CMO yang hebat karena mereka sudah terbiasa menghubungkan semua fungsi pemasaran ke tujuan bisnis inti.
2. Prospek Karier di Masa Depan
Sangat cerah.
Data dari Glints dan Sasana yang memprediksi pertumbuhan 20% dengan potensi 139.200 lowongan kerja (dalam rentang 2018-2028) adalah buktinya. Selama bisnis ada di dunia digital, dan selama bisnis tersebut ingin profit, peran “arsitek” ini akan selalu penting.
Perusahaan akan selalu butuh seseorang yang bisa menjawab, “Bagaimana agar uang kita tidak terbuang sia-sia?”
3. Pilihan Sertifikasi untuk Mendukung Karier
Pendidikan formal itu bagus, pengalaman itu wajib, dan sertifikasi adalah “peningkat” karier yang penting. Ini menunjukkan bahwa Anda serius dan terus meng-update skill. Jika Anda ingin serius, pertimbangkan sertifikasi di:
- Google Ads & Google Analytics
- Sertifikasi SEO (dari tools ternama seperti Semrush, Ahrefs, atau HubSpot)
- HubSpot Inbound Marketing atau Content Marketing
Baca Juga: Apa Itu Content Marketing & Kenapa Bisnis Perlu?
Kisaran Gaji Digital Strategist di Indonesia
Ini bagian favorit kita semua. Dengan tanggung jawab seberat itu, menjadi otak, analis, pemimpin, dan manajer keuangan sekaligus, berapa cuan yang bisa diharapkan?
Jawabannya: Sangat bervariasi. Tapi data dari Indeed menyebutkan rata-rata gaji pokok sekitar Rp 5.116.840 per bulan.
Menurut kami, angka dari Indeed mungkin mencerminkan rata-rata nasional yang mencakup peran digital marketing umum atau strategist di level junior. Kisarannya bisa lebih tinggi jika lebih realistis.
Besaran gaji ini sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama:
- Lokasi: Gaji di kota besar seperti Jakarta jelas akan jauh lebih tinggi daripada di daerah dengan UMR yang lebih rendah.
- Skala Perusahaan: Gaji di perusahaan multinational corporate atau unicorn tentu berbeda dengan di startup tahap awal (Series A).
- Pengalaman & Portofolio (Terpenting): Ini adalah penentu terbesar. “Portofolio” di level ini bukan lagi soal “desain saya bagus”. Portofolio Anda adalah: “Saya mengelola budget 1 Miliar dan menghasilkan 5 Miliar.” Itulah yang membuat Anda layak dibayar mahal. Seorang strategist senior dengan portofolio terbukti bisa mendapatkan gaji jauh di atas Rp 10 juta, bahkan menembus puluhan juta rupiah.
Baca Juga: Digital Marketing Agency Terbaik di Jakarta
Digital Strategist Deta Siap Bantu Bisnis Berkembang!
Digital Strategist adalah peran vital. Mereka berfungsi sebagai otak dan arsitek di balik kesuksesan pemasaran digital Anda. Mereka adalah pemecah masalah yang memastikan setiap rupiah anggaran, setiap jam kerja tim, dan setiap aset digital Anda selaras untuk mencapai satu tujuan bisnis Anda.
Tanpa mereka, Anda hanya “menembak dalam gelap”.
Namun, jujur saja, merekrut seorang Digital Strategist in-house yang berkualitas itu sangat sulit dan mahal. Anda seperti mencari “Purple Squirrel” (Tupai Ungu) yang legendaris itu. Banyak bisnis akhirnya merasa “clueless” atau “stuck” karena tidak memiliki arsitek yang tepat untuk memandu mereka.
Di Deta, kami menawarkan solusi untuk masalah itu.
Keunggulan kami selama lebih dari 30+ tahun adalah merancang strategi Go-To-Market (GTM) yang komprehensif. Kami sudah meluncurkan produk sejak era 80-an (dimulai dari OOH/reklame), jadi kami tahu persis apa artinya strategi GTM yang utuh, baik offline maupun online.
Online Marketing Solution kami memberi Anda eksekutor, dan juga akses ke tim strategist berpengalaman yang siap membedah tantangan unik bisnis Anda.
Jika Anda merasa bingung atau tidak yakin dengan strategi digital Anda saat ini, jangan buang anggaran lagi. Hubungi tim ahli Deta hari ini. Ada sesi konsultasi gratis untuk Anda. Mari kita buka potensi bisnis Anda bersama.


